OLEH
Mellia Fransiska
(mahasiswa PSIKM UNAND)
1.PENDAHULUAN
Perubahan yang pesat dari globalisasi memberikan dampak yang sangat besar terhadap kehidupan dan pola pikir manusia, khususnya remaja. Pesatnya tekhnologi telekomunikasi, sepeti layanan internet dan medi masa lainnya membuat remaja sulit untuk memfilter mana informasi yang bermanfaat dan mana yang tidak.
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi masih sangat minim dikalangan massyarakat, bahkan massyarakat masih menganggap tabu tentang hal tersebut, apalagi jika diberikan dengan tema pendidikan seksual. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai hal tersebut mengakibatkan banyak kalangan yang salah paham dallam mengartikan kesehatan reproduksi sehingga banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan seksual, khususnya dikalangan remaja.
Dalam penulisan ini nantinya akan dipaparkan tentang masalah utama kesehatan reproduksi remaja, kendala dalam meningkatkan kesehatan reproduksi remaja, serta uapaya untuk pembinaannya. Setelah membaca tulisan ini nantinya diharapkan kepada semua kalangan, khususnya remaja untuk dapat memahami tentang kesehatan reproduksi dan dapat mengaplikasikannya secara bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembuatan tulisan ini digunakan metode pengamatan secara langsung terhadap banyaknya penyimpangan perilaku yang terjadi dikalangan remaja, selain itu informasi mengenai kesehatan reproduksi ini juga diperoleh melalui berbagai bahan bacaan serta malalui wawancara dengan berbagai kalangan. Kesahatan reproduksi merupakan bagian dari kesehatan dan menjadi pusat perkembangan maniusia. Definisi kesehatan reproduksi menurut WHO (1992) yaitu kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, tetaopi juga dalam berbagai aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi,
Funsi serta prosesnya.
2.Permasalahan dalam KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja)
Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa permasalahan utama dalam KRR
meliputi :
1) informasi tentang KRR, pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sangat kurang, sehingga timbul anggapan-anggapan yang salah. Menurut WHO melalui pengamatan diberbagai negara, pendidikan seks pada remaja mengakibatkan menurunnya kasus remaja yang bermasalah kesehatan reproduksinya.
2) masalah perilaku, banyak remaja yang terjun kedalam pergaulan bebas atau seks bebas dan penuh risiko tertular penyakit seksual (PMS).
3) masalah pelayanan kesehatan, kurangnya akses remaja terhadap pelayanan KRR antara lain disebabkan oleh kurangnya informasi tentang adanya pelayanan tersebut, petugas yang kurang terampil, pelayanan yang kurang komprehentif, dan ditambah dengan waktu yang tidak sesuai.
3.Kendala dalam Meningkatkan KRR
Kendala yang dihadapi dalam meningkatkan kesehatan reproduksi remaja ini
dapat dilihat dari sisi remaja itu sendiri, dari sisi petugas, dan dari sisi masyarakat.umumnya remaja tidak menyadari pentingnya kesehatan reproduksi bagi dirinya. Pendidikan merupakan kendala yang menjadi penyebab mendasar dalam masalah KRR keren pendidikan sangat menentukan bagaimana seseorang menyikapi banyak hal dalam kehidupannya termasuk kesehatannya. Menurut hasil survei UPK FK UNPAD 1999 kemauan petugas kesehatan untuk memberikan pelayanan pada remaja cukup besar namun 60% merasa pengetahuan dan keterampilannya tidak memadai untuk pelayanan tersebut. Masyarakat belum secara penuh mencurahkan perhatiannya terhadapp upaya penanggulangan masalah remaja ini. Selain itu, meskipun data tentang banyaknya remaja yang terlibat dengan seks yang tidak bertanggung jawab di masyrakat sudah disajikan secara terbuka, upaya berbagai pihak untuk melindungi remaja pelaku seksual yang tidak bertanggung jawab dan melindungi remaja dari Penyakit Menular Seksual (PMS) dan masalah lainnya yang diakibatkannya tidak dapat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh karena agama, etika moral, dan tata nilai yang berlaku di tengah-tengah masyarakat.
4.Pembinaan KRR
Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dapat dilakukan di rumah, di sekolah
atau institusi formal dan institusi nonformal, di masyarakat dan di sarana pelayanan kesehatan profesional, selain itu peningkatan peran serta orang tua dan berbagai kalangan juga sangat dituntut untuk memberikan pendidikan tentang pentingnya Kesehatan Reproduksi Remaja dan pendidikan seks kepada anak-anaknya agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dan perilaku menyimpang dari masalah tersebut.
5. PENUTUP
Kesehatan reproduksi Remaja merupakan aspek penting dalam mempersiapkan generasi penerus yang berkualitas. Remaja Indonesia masih minim mendapatkan pengetahuan tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi, karena untuk penyampaian informasi mengenai hal itu masih dianggap tabu. Kualitas pelayanan kesehatan remaja baik yang dilakukan oleh departemen kesehatan maupun pihak lainnya dirasa masih sangat kurang.Ketua Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) mengatakan bahwa selain belum ada kurikulum kesehatan reproduksi dan pelayanan yang ramah terhadap remaja, juga belum memiliki undang-undang yang mengakomodir hak-hak remaja. Oleh kerena itu, perlu sekali terobosan yang dilakukan baik lewat jalur kurikuler, ekstrakurikuler maupun kegiatan khusus kerjasama dengan lembaga lain
Mengingat masalah Kesehatan Reproduksi Remaja bersifat kompleks maka dalam penanganannya sangat dituntut peran aktif dari berbagai pihak. Perlu poemikiran bersama untuk peningkatan peran orang tua dalam pemberian informasi KRR kepada anak-anaknya ,serta uapaya menciptakan suasana yang menunjang bagi perilaku hidup sehat dan bertanggung jawab.
Daftar pustaka
“Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja indonesia minim” dalam
http://www.antara.co.id/arc/2008/9/3/pengetahuan-kesehatan-reproduksi-remaja-indonesia-minim/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar